Garda Keadilan - Hari Ahad (25/3) kemarin menjadi hari terakhir upaya pengerukan sampah di Teluk Jakarta. Sebanyak total lebih dari 100 ton sampah telah diangkut.
Setelah sepekan pengerukan sampah di Teluk Jakarta dinyatakan rampung, sampah yang bercampur dengan lumpur dibiarkan untuk dijadikan media tanam mangrove. Sejak pagi, puluhan Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) pasukan oranye mengumpulkan sampah yang masih tersisa di Teluk Jakarta.
Sampah diambil dengan tangan kosong, dikumpulkan, dan diangkut oleh kapal motor Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI, kemudian dibawa dengan truk besar menuju tempat pembuangan akhir.
Alat berat atau eskavator juga dikerahkan untuk mengeruk lumpur dan sisa-sisa sampah.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun meminta warga Jakarta untuk tidak lagi membuang sampah dengan sembarangan.
“Kami meminta kepada seluruh rumah tangga, seluruh warga mari buang sampah di tempatnya, jangan buang sampah sembarangan, dan jangan buang sampah di sungai,” kata Anies di Kawasan Hutan Mangrove Ecomarine, Muara Angke, Jakarta Utara.
Dipaparkan Anies sampah paling banyak di kawasan mangrove yakni sampah plastik. Sampah-sampah itu, lanjutnya, sampah plastik rumah tangga yang diduga sudah menumpuk sejak Desember 2017.
“Sampah-sampah ini mayoritas adalah sampah plastik rumah tangga, yang mulai berkumpulnya diduga sejak akhir Desember,” ujarnya.
Anies menerima laporan, penyebab sampah itu karena pergerakan angin barat. Sehingga sampah tersebut menumpuk di kawasan mangrove.
“Karena angin barat yang bergerak dan kemudian merusak lahan yang semula akan digunakan untuk mangrove dan budidaya bandeng. Rusak semua dan justru jadi perangkap sampah. Jadi arus laut membawa sampah dan berkumpul di tempat ini,” paparnya.
Sumber: swamedium