"Mas, bagus pakai kerudung yang mana?" tanya bidadari sembari menunjukkan dua potong kain, warna tak sama.
"Kalau baju itu, pakainya kerudung yang ini. Pas. Gak terlalu menor. Kalau kerudung itu kurang cocok." kata saya, setelah mengangkat wajah dari layar komputer.
Lalu ia berjalan ke dalam, membuka lemari, dan mengajukan kerudung ketiga.
"Gimana kalau yang ini?" ujarnya, bernada manja. Diiringi senyum.
"Menurut mas nih ya, lebih bagus yang tadi. Cerah tapi pas. Gak terlalu menor. Kalau yang ini, agak gelap. Wajah Bunda bisa bikin orang silau krn terlalu kontras antara wajah cerah-bening dan baju-kerudung gelap." panjang lebar berkomentar, dengan tersenyum.
"Tapi kalau aku pakai yang ini gimana? Aku kan suka warna gelap?" ia masih belum puas, maka bertanya lagi.
"Kalau Bunda suka ya gak apa-apa. Kan yang penting nyaman setelah syar'i." saya kembali berpendapat.
"Kalau menurut Mas, aku pakai yang mana?" eladalah, masih berlanjut. Haha.
"Mas lebih suka yang tadi. Cerah. Bunda pakai gelapnya kemarin-kemarin aja. Usia 25 mah bagusnya yang bening. Jd antara baju dan wajah gak njomplang." kembali, saya bercerewet di pagi hari.
Beberapa menit kemudian.
"Masya Allah," kata saya, sembari menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kerudung, "bunda cantik bener."
"Gombal."
"Masya Allah, tadi mas kira ada bidadari turun dari surga. Serius."
"Huh... Gombal."
"Ya Allah, gak percaya. Sini dikecup kening dan pipinya dulu."
***
Dialognya gak sama persis. Tapi kerap begini. Mau ada anak-anak atau tidak, biasa begini.
Wanita itu, sebagian besar butuh pengakuan. Ia, kata para ahli, merupakan makhluk audio yang suka dipuji dan lekas bosan bahkan bersedih hanya karena mendengar ungkapan lawan bicara.
Saya percaya, masing-masing kita tak sama. Suami-istri pasti punya cara masing-masing yang unik untuk merayakan cinta.
Tapi, belajarlah untuk memuji. Sesekali saja. Lakukan dengan tulus. Dan lihatlah dampaknya.
Terpenting, istri juga gak bisa kalau cuma dipuja puji lalu Anda gak kerja. Emang pujian bisa mengenyangkan? Enggaklah!
Sehingga, tetaplah romantis dengan sungguh-sungguh bekerja demi menjaga keluarga dari kekufuran, lalu bumbuilah dengan kata-kata manis berhias ketulusan.
Saya sedang belajar. Bahkan saat nonton film, saya hafalkan kata-kata manisnya, lalu mengamalkannya kepada bidadari satu-satunya. [Tarbawia]