Perjuangan Berat Muslim Mentawai

Pantai Muara Sikabaluan, Sibereut Utara, Kepulauan Mentawai (Tarbawia/Pirman)


"Ustadz kapan pulang ke Jakarta?" 

"Insya Allah siang ini." 

"Pakai kapal, Ustadz?" 

"Iya." 





"Di Dermaga Pokai ya, Ustadz?" 

"Iya." 

"Boleh anterin Ustadz gak?" 

"Adit dan Furqon mau anterin?" 

"Iya, Ustadz. Boleh gak?" 

"Izin Ayah Adit dan Abi Furqon dulu ya." 

"Iya, Ustadz."

 *

Sekitar jam 10.00 WIB, Adit ke masjid Al-Falah yang terletak  di sebelah timur penginapan. Kami sedang bersih-bersih untuk acara Tahun Baru Hijriyah. 

"Assalamu'alaikum, Ustadz."

"Wa'alaikumussalam. Adit sudah izin Ayah?"

"Sudah, Ustadz." 

"Diizinkan?" 

"Alhamdulillah diizinkan." 

Lalu kami berdiskusi ringan. Sempat juga naik motor bersama adik dan adiknya, berkeliling kampung, melihat panti sekaligus berpamitan. Sempat ke pantai untuk terakhir, kala itu. Dengan harapan suatu ketika bisa kembali membagi bahagia ke sana. 

Tepat selepas Zhuhur, kami pamit kepada jamaah. Ada rindu yang menenteramkan. Mata anak-anak itu tulus. Maksudnya tersampaikan dengan sempurna melalui dua kelopak itu. 

Adit membonceng saya. Kawan dibonceng oleh marbot masjid. Pak KUA dan Ustadz Haris ikut menemani sampai Dermaga Pokai. Turut beberapa jamaah, mereka menemani tanpa diminta. 





20 menit kemudian sampai di Dermaga Pokai. Sempat ada drama kecil. Satu tas saya tertinggal di KUA. Maafkan ya, Dit. Jadi bolak-balik. 

Di Dermaga Pokai sempat berfoto-foto. Untuk kenangan. Bertiga dengan Adit dan Furqon. Meski keduanya protes, "Ustadz kok foto terus sih?" 

Saat menjelang keberangkatan kapal cepat yang akan membelah samudera selama 4 jam, yang jika dengan kapal besar waktu tempuh 10 sampai 11 jam, ada tanya yang sukar dijawab. 

"Ustadz kapan datang lagi ke Muara Sikabaluan?" tanya Adit. 

"Iya. Ustadz kapan ke sini lagi?" susul Furqon. 

Saya menunduk. Haru. Mata berkaca-kaca. Ada sejuk atas nama ukhuwah. Padahal hanya beberapa kali mengajar mereka hafalan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan unik-kritis-cerdas khas anak-anak. 

"Insya Allah," jawab saya. 


Adit dan Furqon adalah dua anak Mentawai yang hafalannya bagus dan insya Allah istiqamah berjamaah di masjid bersama ayahnya.  Ujian mereka berat. Bukan hanya bertahan hidup, tapi juga mempertahankan aqidah. [Tarbawia]

*

Kisah perjalanan inspirasi ke Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumbar, khususnya Kecamatan Sibereut Utara (Ds Muara Sikabaluan, Mongan Poula, Pokai, dan sekitar) insya Allah akan ditulis secara berseri. 

Yang mau mendapatkan kisahnya secara langsung atau berniat berdonasi untuk dakwah di sana, silakan kirim pesan ke 085691479667 dengan format= nama-alamat-mau kisah mentawai 

* Tulisan juga akan diupload di Telegram (t.me/pirmanbahagia) /IG (@pirmanbahagia) /FB (Pirman)