Bila Anak Kecanduan Nonton TV


Bila Anak Kecanduan Nonton TV

Bila Anak Kecanduan Nonton TV


Berbagai acara tv sangat menarik dan populer di mata anak-anak. Mungkin anak anda pun salah seorang pencandunya. Tapi, dengan sedikit usaha, anda dapat membantu si cilik mengatasi kecanduannya. Dengan semakin beragamnya stasiun TV yang beroperasi belakangan ini dan disajikannya acara-acara menarik mulai dari pagi hari hingga tengah malam, anak-anak semakin tergoda untuk menghabiskan lebih banyak waktu di depan TV. Tentu saja kenyataan ini menimbulkan masalah bagi orang tua. Tidak saja karena anak jadi sulit beranjak dari depan TV, sehingga sulit pula meminta anak untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, misalnya, tapi yang lebih menimbulkan masalah adalah pengaruh psikologis dari rangsang-rangsang yang diterima anak melalui acara yang di sajikan.

Memang, tidak semua acara yang disajikan media elektronik ini akan berpengaruh buruk bagi perkembangan anak. Beberapa diantaranya bahkan bermanfaat bagi penambahan pengetahuan mereka. Namun beberapa cara dapat anda lakukan untuk mencegah agar anak tidak terbiasa terpaku selama beberapa jam terus menerus di depan televisi.

1.       Buatlah Jadwal Kegiatan


Sebaiknya kegiatan menonton TV anda masukkan ke dalam agenda anak sehari-hari, sama seperti kegiatan pergi kesekolah, tidur siang, mengikuti les, mengerjakan PR dan tidur malam. Karena seringkali jadwal acara di TV berubah-ubah, maka tidak ada salahnya jadwal acara anak menonton TV juga berlaku luwes. Yang perlu ditanamkan pada anak adalah bahwa menonton TV adalah kegiatan pengisi waktu luang, kesempatan untuk bersantai sesudah belajar dan bukan pengganti bekerja. Biasakan pula anak untuk tidak mengerjakan Prnya didepan pesawat TV dan amati pula jangan sampai anak berhenti menyelesaikan PR atau tugas sekolahnya hanya untuk menonton televisi.

2.       Belajar Mengelola Waktu


Suatu kali mungkin saja PR dan tugas sekolah anak lebih banyak dari hari-hari biasa, sehingga belum lagi ia selesai mengerjakannya, acara TV favoritnya sudah dimulai. Anda jangan buru-buru mengijinkannya duduk di depan TV. Tetaplah pada kesepakatan bahwa menonton TV itu hanya pengisi waktu bersantai. Beri pengertian pada anak tentang pentingnya pembagian waktu. Jika ia tahu hari itu tugasnya agak menumpuk, ia harus menyelesaikannya dengan ‘ngebut’, memulainya lebih awal, lebih serius dan tidak sambil main-main, misalnya.

3.       Diskusikan dengan Anak


Ikutlah menonton TV bersama anak. Diskusikan mengenai acara yang sedang berlangsung dan tangkap perasaan apa yang timbul pada si kecil pada saat ia menyaksikan acar tyersebut. Hal ini untuk melatih sekaligus mengetahui perasaan atau kepekaan anak terhadap situasi yang di hadapi. Sekali-sekali lakukan juga analisa terhadap iklan-iklan yang ditayangkan. Dengan demikian anak dapat mengetahui bagaimana para pembuat iklan berusaha untuk menebarkan jaringannya dalam menarik perhatian dan bahkan uang kita.

Proses belajar anak dapat juga terjadi dengan cara meniru apa yang ia lihat. Matikanlah TV anda begitu ada adegan yang anda anggap tidak patut ditonton oleh si kecil. Bila anda sedang sibuk dan anak rewel, hindari menjadikan TV sebagai alat untuk menenangkan si kecil. Sesungguhnya kerewelan anak menunjukkan bahwa ia sedang membutuhkan anda.

4.       Bertindaklah Sebagai Pengendali


Yakinkan diri anda bahwa anda memiliki “kekuasaan” untuk mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak. Sepanjang keputusan anda didasarkan pada pertimbangan akan keselamatan, kesejahteraan dan kesehatan jiwa-raga anak, anda tidak perlu ragu melarang anak menonton anak acara-acara yang kurang bermanfaat untuknya.

Aturlah, kapan anak boleh menonton, berapa dan film apa saja yang boleh jadikonsumsinya, atau berapa lama ia diperkenankan berada di depan pesawat TV secara non-stop. Bila anak anda bersekolah disiang hari, anda dapat mengizinkannya menonton paling banyak dua film pagi yang masa putarnya masing-masing setengah jam, misalnya.

Sebelumnya, cek dulu apakah anak sudah menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Kompromikan pembagian waktu antara ‘bikin PR’ dan ‘nonton TV’ ini bersama anak, tapi tetaplah pada aturan yang telah anda tetapkan. Bagaimanapun, andalah yang memutuskan apa yang sebaiknya harus didahulukan oleh anak.

5.       Hindari Tawar Menawar


Jika anda sudah menetapkan bahwa anak hanya boleh menonton TV satu sampai dua jam sehari atau bila sudah ada kesepakatan bahwa ia boleh menyaksikan acara-acara favoritnya, tetaplah berpegang pada kesepakatan tersebut. Jangan sampai terjadi argumentasi atau tawar menawar lagi mengenai aturan yang telah disepakati bersama tadi. Kalau tidak, nanti anda akan mengalami kesulitan untuk menetapkan aturan itu. 

Di hari minggu atau hari libur sekalipun, aturan ini sebaiknya dijaga. Walaupun dihari-hari tersebut anak memiliki banyak waktu luang untuk bersantai, sebaiknya waktu-waktu itu diisi dengan kegiatan yang lebih bervariasi atau yang jarang dilakukakan dihari-hari yang lain. 

Berolahraga bersama ayah ibu dan kakak adik akan lebih banyak manfaatnya daripada duduk diam berjam-jam di depan TV. Dengan demikian, selain anda menyelamatkan mata anak dari pengaruh buruk cahaya yang di pancarkan TV, anda juga telah membuat tubuh anak lebih sehat sekaligus membina kebersamaan keluarga.

6.       Tidak Pasang TV Sama Sekali


Apabila anda tidak dapat bertindak tegas ketika menyuruh anak untuk mematikan TV pada saat yang telah disepakati bersama, maka anda dapat menerapkan cara yang lebih keras. Misalnya, tidak ada acara menonton TV untuk semuanya, siapa pun, kapan pun. Mungkin pada awalnya cara ini akan diprotes oleh seluruh anggota keluarga, tapi bila anda bersikap konsisten, lambat laun keluarga pun akan dapat menerimanya. 

Tidak dipasangkan TV justru akan lebih mempererat hubungan antara anggota keluarga, karena masing-masing anggota keluarga akan semakin banyak memiliki waktu untuk saling berkomunikasi.

7.       Beri Anak Bermacam Kegiatan


Usia anak-anak merupakan usia di mana laju tumbuh-kembang paling pesat dibandingkan tahap usia lainnya sepanjang hidup seseorang. Sangatlah disayangkan bila saat-saat ini kurang dimanfaatkan orang tua untuk menggali potensi anak seoptimal mungkin. Karena itu cobalah cari tahu mengenai kegiatan yang menjadi minat anak ataupun bakatnya yang perlu anda salurkan. Anda dapat segera memasukkannya ke sanggar tari atau ke sebuah sekolah musik bila anda melihat si kecil selalu ikut bergoyang sesuai irama lagu yang dinyanyikan penyanyi di acara-acara TV yang ditontonnya.

Kenyataan bahwa TV berpengaruh buruk terhadap anak memang tidak disangkal lagi. Tapi, bagaimanapun TV tetap memiliki nilai positif sebagai media informasi. Karena itu, tugas andalah untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh tayangan televisi dan menarik manfaatnya saja.


Bila Anak Kecanduan Nonton TV