Pandangan Islam Tentang Berita Hoaks



Di jaman yang semuanya serba digital dengan banyaknya media sosial bagi masyarakat penyebaran berita akan lebih mudah sampai, akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah ketika kita mendengar berita yang diragukan kebenarannya hendaknya kita selalu bertabayyun (mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya), terlebih bila kita bermaksud untuk menyebarkan berita yang kita terima agar tidak menjadi fitnah.
Adapun cara pandang Islam menyikapi berita hoaks adalah sebagai berikut :

     1. Adab menerima berita
   Hendaklah dikros cek kebenarannya, jika berita tersebut ingin diyakini atau hendak 
   disebarkan. Bukan berarti menuduh si pembawa berita itu bohong ,melainkan lebih 
   berhati-hati, bisa jadi si pembawa berita tersebut salah paham sehingga terjadi kekeliruan 
   terhadap penyampaiannya. Terlebih jika menyangkut harga diri seorang muslim.
   Contoh :
   Seorang istri menggugat cerai sang suami gara-gara mendapati di buku bacaan suaminya 
   terdapat foto perempuan lain. Si istri tidak mau bertabayyun dan tidak pula mau 
   mendengarkan penjelasan suaminya barang sedikitpun. Yang lebih parahnya lagi, kondisi 
   sang istri   saat itu sedang hamil tua.

     2. Dosa muta’addy
   Seorang muslim harus paham konsekwensi dari menyebarkan berita bohong, jika 
   misalnya dia menyebarkan berita bohong lalu berita tersebut disebarkan oleh orang lain 
   sehingga berita tersebut menyebar kemana-mana maka si muslim ini bisa terkena pasal 
   berlapis dengan melakukan dosa muta’addy atau dosa yang menyebar kemana-mana 
   hingga menumpuk padanya dosa yang sangat banyak.

3.Cara bertaubat dari menyebarkan fitnah
   Dan ketika sudah terlanjur menyebarkan berita bohong di social mesia misalnya, maka 
   langkah pertama adalah klarifikasi di tempat ia menyebarkan berita bohong tersebut 
   dengan terang-terangan mengatakan bahwa berita yang ia sebarkan adalah berita 
   bohong lalu meminta maaf kepada khalayak ramai dan meminta pula untuk menyebarkan 
   klarifikasinya kepada orang-orang yang telah mendapatkan berita bohongnya.
                                                                                       
4    4. Berhati-hati

   Haruslah seorang muslim berhati-hati dalam mendapatkan berita, terlebih lagi di zaman 
   sekarang ini, di zaman yang mana orang-orang di dalamnya banyak yang tidak memiliki 
   barometer dalam menverna sebuah berita dan etika menyebarkannya. Maka tidak heran 
   jika banyak berita bohong bersliweran di tengah masyarakat atau sebuah komunitas, 
   padahal orang pertama yang menyebarkannya tidak bermaksud berbohong, hanya saja 
  dia salah paham dalam mencerna berita dikarenakan ia tidak memiliki barometer cara 
  memahami sebuah berita atau karena akalnya yang kurang.