Rasanya tidak sah kalau ke Bukittinggi belum mencicipi ayam pop di rumah makan Family Benteng. Di rumah makan yang menyediakan menu Minang ini, ayam pop menjadi favorit para pengunjung. Cara memasak ayam pop dan saus cabainya cukup mudah. Dalam pembuatan saus cabai berwarna merah ini yang paling penting adalah harus diaduk lama. Untuk 5 kg saus cabai, harus diaduk dua jam agar cabainya halus. Bila cuma sebentar mengaduk, rasanya tentu tidak terjamin. Bumbu saus cabai sendiri antara lain cabai, bawang merah, kayu manis, daun limau, petai, dan tomat. Sama sekali tidak menggunakan santan atau tepung. Bumbu ini dimasak dengan minyak putih (minyak kelapa) atau minyak arau.
Bawang merah yang telah dihaluskan, kayu manis, petai, dan daun limau digoreng selama setengah jam. Lalu cabai halus dimasukkan dan diaduk terus selama 1,5 jam. Setelah matang, masukkan tomat yang telah dipotong-potong. Potongan tomat ini membuat saus cabai terasa asam segar. Sementara, untuk membuat ayam popnya, ayam pejantan diaduk bersama garam dan cuka khusus dengan menggunakan sarung tangan, lalu direbus dengan air dan minyak putih. Sementara kulit ayamnya sejak dulu selalu dibuang. Setelah ayam matang, sebetulnya sudah siap disajikan. Namun, di RM Family Benteng biasanya kemudian digoreng sebentar dengan minyak panas, baru disajikan. Saat ayam disantap, cuka tidak terasa karena sudah menyatu. Cara menyantapnya, ayam dicelupkan ke saus cabai. Saus cabainya sendiri terasa sangat lembut dan tidak terasa pedas. Banyak pengunjung rumah makan ini, bisa menghabiskan lima potong ayam per orang.
Tak heran, dalam sehari, rumah makan yang interiornya didominasi kayu ini menghabiskan 75-100 ekor ayam. Saat ramai bahkan bisa mencapai 200 ekor. Pengunjungnya banyak yang berasal dari luar kota, termasuk Jakarta, Pekanbaru, Manado, dan Papua. Selain ayam, RM Family Benteng juga menyediakan hati ampela ayam yang dimasak dengan cara yang sama dan terasa sangat empuk saat digigit. Harga hati ampela ini Rp 10.000, sedangkan ayam pop Rp 14.000 per potongnya. RM Family Benteng sendiri mulanya hanya berupa kedai kecil yang didirikan di dekat stasiun pada 1970-an oleh Maas St. Mangkuto. Konon, dari sinilah menu ayam pop dalam rumah makan khas Minang berasal. Lalu pindah ke depan Benteng Fort de Kock pada 1980-an dengan tempat yang lebih luas yang bisa bisa menampung 75 kursi. Itulah sebabnya, namanya lalu berubah menjadi Family Benteng, hingga sekarang.
Makin lama, Family Benteng makin besar dan membuka cabang di Jalan Sudirman, Bukittinggi, pada tahun 2000. Di tempat ini bisa menampung ratusan orang. Sempat pula Family Benteng, yang kini dikelola anak Mangkuto, Yulbray Pili, membuka cabang di Padang dan Jakarta. Namun, akhirnya tutup karena lokasinya tidak memadai. Rumah makan ini pun sempat menjadi langganan Presiden SBY dan beberapa menterinya, termasuk artis dan pejabat lainnya.