Debat Tsamara Amany Vs Media Rusia soal Putin


BERITA-VIRAL.COM - Ketua DPP PSI Tsamara Amany menyinggung soal kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun aksi Tsamara tersebut dikritik oleh salah satu media Rusia, yaitu RBTH. Keduanya pun adu argumen di media sosial.

Kritik Tsamara dilontarkan ketika Waketum Gerindra Fadli Zon, yang membanggakan Vladimir Putin. Menurut Fadli, gaya kepemimpinan Putin sangat dibutuhkan di Indonesia. Hal itu membuat Tsamara mengkritik Fadli. Lewat akun Instagram, Tsamara mengkritik pendapat Fadli dan menyatakan Indonesia tak butuh sosok seperti Putin.

Alasannya dari indeks persepsi korupsi Rusia yang di bawah Indonesia hingga tak ada demokrasi di Rusia di bawah kepemimpinan Putin.

Tetapi kritik Tsamara dibalas RBTH. Lewat akun Facebook-nya, RBTH menganggap Tsamara dangkal wawasan soal Rusia dan harus lebih banyak belajar lagi soal negara beruang merah tersebut.

Berikut ini kritik RBTH lewat akun FB-nya, @RBTHIndonesia ke Tsamara:

Selamat malam Tsamara, kami Russia Beyond, media Rusia yang (salah satunya) dalam bahasa Indonesia - mungkin Anda belum pernah tahu sebelumnya, jadi mari kita berkenalan.

Kami pikir di sini ada kesalahpahaman soal pengetahuan Anda tentang politik dan bahkan sistem pers di Rusia. Ini sangat disayangkan sekali.

Kami tidak membela siapa pun, termasuk Fadli Zon atau bahkan Presiden Putin. Namun, pernyataan Anda tentang negara kami, bahwa di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia, ini menunjukkan kedangkalan wawasan.

Pernyataan Anda juga sangat disayangkan karena hubungan antara kedua negara kita sangat baik. Anda mungkin bisa tidak sepakat dengan Fadli Zon, tapi pernyataan Anda sebagai seorang politikus muda sungguh menunjukkan ketidakdewasaan.

Kami pikir, Anda perlu lebih banyak riset soal negara kami. Kalau ada politikus Indonesia yang mengidolakan pemimpin kami, kami bisa apa? Yang jelas, Anda selalu bisa juga berdiskusi dengan kami, Russian Embassy in Indonesia, atau Pusat Kebudayaan Rusia untuk tahu lebih banyak tentang negara kami.

Soal korupsi ... Di Rusia memang ada korupsi, dan ya ... besar - itu betul. Peringkat kami di bawah Indonesia, itu juga betul. Namun, bukan berarti kami tidak melawan korupsi dan membiarkannya begitu saja seperti yang Anda katakan.

Tahukah Anda bahwa di Rusia pernah terjadi penangkapan pejabat secara massal sepanjang sejarah pasca-Soviet. Rusia pernah menghukum 8.800 pegawai negeri Rusia karena kasus korupsi (dalam tempo satu tahun). Banyak? Ya, tentu. Tapi bukan berarti kami MEMBIARKAN sama sekali.

Kami lihat, Anda punya karier yang sedang naik. Karena itu, kami harap Anda bisa lebih bijaksana ke depannya ketika mengomentari negara lain, apalagi jika pengetahuan Anda tentang negara itu sangat minim. Jika itu kebetulan tentang Rusia, silakan cari tahu banyak hal dari kami.

Tsamara pun memberikan tanggapan atas kritik RBTH. Berikut ini tanggapan Tsamara yang dikutip detikcom, Sabtu (7/4/2018):

Indonesia Tidak Perlu Contoh Putin yang Diktator dan Otoriter

Saya baru saja membaca posting di FB media Rusia bernama RBTH yang mengecam pernyataan saya, tentang pemimpin Rusia, Vladimir Putin. RBTH mengkritik pernyataan saya yang dianggap mendiskreditkan Putin. Berkaitan dengan itu, saya perlu memberikan sejumlah tanggapan:

1. Saya sangat memahami keberatan RBTH. Sebagaimana tercantum dalam laman FBnya, RBTH adalah sarana kampanye Rusia di dunia internasional. Karena itu, sangat wajar bila RBTH wajib membela citra Putin di dunia internasional.

2. Namun dalam hal ini, saya perlu menjelaskan komentar saya tentang Putin itu ditujukan pada publik Indonesia terkait pernyataan Waketum Partai Gerindra yang mengimbau masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin seperti Putin sebagai pengganti pemimpin yang 'planga-plongo' (yang hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia Jokowi).

3. Seperti dikatakan dalam status RBTH, tentu saja Fadli berhak untuk mengagumi Putin. Tapi saya juga wajib mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa pemimpin seperti Putin bukanlah pemimpin yang layak bagi Indonesia yang saat ini berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi. Ketika saya mengkritik Putin, bukan berarti saya kemudian anti terhadap rakyat Russia yang memiliki peradaban luar biasa. Ini sama saja ketika kita mengkritik Donald Trump dan cara-caranya memenangkan pemilu dengan menggunakan politik identitas, bukan berarti saya membenci rakyat Amerika Serikat.

4. Penilaian tentang kualitas Putin yang diktator, otoriter dan membiarkan korupsi terorganisir sudah banyak dikemukakan media dan lembaga-lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia. Saya hanya merujuk pada analisis-analisis tersebut. Misalnya, survei The Economist tahun 2017 masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan rezim otoritarian.

Sumber : detik.com