Ulama Beda Pendapat, Begini Pandangan Persatuan TGB Muhammad Zainul Majdi


Tarbawia - Bandung - Menyikapi maraknya perbedaan pendapat di kalangan umat dan ulama, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menyampaikan seruan yang dinilai menyejukkan dan mempersatukan.





Menurut doktor tafsir lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini, perbedaan pendapat sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

"Perbedaan pendapat sudah ada sejak zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam." kata TGB menjawab pertanyaan jamaah dalam kajian ma'rifatullah di Masjid Daarut Tauhid Bandung Jawa Barat pada Kamis (15/3/18) malam.

Ia menconothkan, Nabi Muhammad menyikapi dengan bijak dua sahabat yang berbeda dalam soal tayamum. Satu sahabat tidak berwudhu setelah tayamum, padahal menemukan air sebelum mendirikan shalat. Sedangkan sahabat lainnya yang sudah bertayamum tetap berwudhu karena menemukan air sebelum mendirikan shalat.

Kepada dua sahabat yang berbeda ini, Nabi tidak menyalahkan. Beliau menyatakan cukup kepada sahabat yang bertayamum dan menyatakan bahwa sahabat yang tayamum dan berwudhu mendapatkan keutamaan atas dua amalannya.

Dalam perbedaan pendapat, lanjut TGB, para ulama tetap berukhuwah dalam naungan Islam yang mulia.

"Jangan karena berbeda pandangan lalu dikatakan bahwa tidak ada ukhuwah di anatara mereka (para ulama). Tidak." lanjutnya.





Ia mencontohkan hubungan akrab antara Imam Malik bin Anas dan Imam Syafi'i, meski keduanya berbeda dalam hal hukum-hukum seputar fiqih.

"Imam Syafi'i berguru dengan Imam Maliki, tetapi mereka berbeda madzhabnya. Pendapatnya banyak yang berbeda." katanya menerangkan.

Imam Malik dan Imam Syafi'i, lanjut TGB, bukan hanya akrab, tetapi saling mencintai dan memuliakan satu dengan yang lainnya.

"Bagaimana hubungan mereka berdua? Sangat akrab. Bukan akrab biasa, tetapi saling mencintai, mengagungkan dan memuliakan." tegasnya.

TGB Ingatkan Umat Provokatif


Pria berkacamata kelahiran Lombok Timur ini menganjurkan, janganlah menjadi umat yang kerap memprovokasi para ulama yang berbeda pendapat.

"Jangan menganggap mereka bermusuhan. Hati-hati. Jangan sampai kita menjadi umat yang memprovokasi permusuhan para ulama." katanya menuturkan.





Sebab, lanjutnya, meski berbeda pendapat para ulama tetaplah akrab, akur, saling mendoakan. Namun, ada perilaku sekelompok oknum yang provokatif, khususnya di media sosial.

"Mereka gak ngapa-ngapain. Akur-akur saja. Tapi kita yang memprovokasi melalui medsos." katanya, teduh.

TGB juga menyoroti adanya sekelompok orang ekstrem yang kerap bersumbu pendek. Mereka menyulut permusuhan. "Yang saya lihat sekarang, anggotanya, anak buahnya lebih ganas dari kiyainya. Itu yang gak bener." tegasnya.

TGB Anjurkan Jadi Umat Pemersatu


TGB menegaskan pentingnya menjadi umat yang menyatukan, tidak mudah terprovokasi dan memprovokasi ulama, namun mendoakan mereka demi kebaikan bersama.

"Jangan kita menjadi jalan munculnya fitnah dari para tokoh kita. Justru, kita harus mendoakan mereka semua. Doakan mereka semua." katanya.

Soal perbedaan pendapat, ia mempersilakan umat memilih pendapat mana pun selama dilakukan dengan hati yang tenang. "Pendapat mana yang diambil? Silakan diambil dengan ketenangan hati." pungkasnya. [Tarbawia]