Rakyat Kecewa Premium Langka, Negara Harus Hadir

Garda Keadilan - Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium mengalami kelangkaan pasca PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertalite. Pemerintah diharapkan tambah pasokan BBM beroktan 88 tersebut untuk mengantisipasi gejolak sosial.

Pertamina menaikkan harga Pertalite Rp 200 per liter, pada Sabtu (24/3). Dengan demikian, harga Pertalite sudah naik Rp 300 per liter sejak awal tahun. Kenaikan pertama dilakukan 20 Januari 2018 sebesar Rp 100 per liter. Kenaikan Pertalite disinyalir sebagai penyebab BBM Premium ludes seketika di berbagai wilayah.

Bekas Staf Khusus Kemen­terian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu ya­kin kelangkaan BBM Premium terkait dengan kenaikan harga Pertalite. Karena, masyarakat yang keberatan dengan kenaikan harga Pertalite kembali meng­gunakan Premium.

"Pada saat yang lain (BBMnon subsidi) naik, pasti Premium langka karena orang pindah ke Premium. Sementara jumlah pasokan Premium terbatas," kata Said di Jakarta, kemarin.

Said menyarankan pemerin­tah segera menambah pasokan premium sebagai langkah untuk mengantisipasi terjadinya kepanikan di masyarakat. Banyak masyarakat tentu kecewa karena selama ini sudah diarahkan untuk beralih ke Pertalite, tetapi harganya dinaikkan.

"Pemerintah harus hadir. Pe­merintah perlu menugaskan Pertamina untuk menambah lagi Premium," tegasnya.

Dengan adanya kenaikan, maka kini disparitas harga antara Pertalite dengan Premium se­makin besar. Di DKI Jakarta misalnya, Pertalite dijual Rp 7.800 per liter atau lebih mahal Rp 1.250 per liter dari Premium yang dibanderol Rp 6.550 per liter.

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menilai wajar kenaikan harga Pertalite karena harga minyak dunia naik. Harga Pertalite mengikuti mekanisme pasar.

Dia yakin kenaikan Pertalite tidak menyebabkan inflasi. "Jumlah konsumen Pertalite tidak begitu besar. Kendaraan angkutan tidak menggunakan Pertalite sehingga tidak me­nyebabkan tarif angkutan men­ingkat," ujar Fahmy.

Vice Presiden Coorporate Communication Pertamina Adi­atma Sardjito mengaku, pihaknya tidak khawatir masyarakat akan beralih menggunakan Premium. Menurutnya, saat ini para peng­guna Pertalite sudah paham bahwa kualitas Pertalite lebih baik dari Premium.

"Nggaklah. Teman-teman pengguna (Pertalite) juga sudah paham dengan spesifikasi mesin kan," katanya.

Adiatma mengklaim meski Pertalite naik Rp 200 per liter, harganya masih lebih murah dibanding bensin serupa yang dijual kompetitor. "Insya Allah aman-aman saja. Tetangga-tetangga sebelah juga jual, lebih mahal lagi," tegasnya.

Ad iatma menegaskan , pihaknya tidak mengurangi pasokan BBM jenis Premium. Untuk wilayah Jawa Jakarta, Jawa dan Bali (Jamali), Per­tamina tidak memiliki keharu­san untuk menjual Premium. Menurutnya, Sesuai Peraturan Presiden (Perpres), penugasan penyaluran BBM Premium ke­pada Pertamina untuk wilayah di luar Jamali.

"Penjualan Premium di Jawa dan Bali masuk ke jenis bahan bakar umum, sehingga porsi yang dipasarkan sesuai dengan target yang telah dipetakan oleh perusahaan," tegasnya.

Di Luar Jamali Kok Langka Juga

Kelangkaan BBM Premium sebenarnya tidak hanya terjadi di Jamali. Namun selama ini juga kerap terjadi di wilayah penugasan Pertamina. Aksi protes masyarakat terhadap ke­langkaan Premium pada awal bulan lalu terjadi di Jambi dan Lampung. Kemarin, aksi protes juga muncul di Medan, Sumatera Utara.

Puluhan mahasiswa Universi­tas Sumatera Utara (USU) berun­juk rasa di Bundaran Majestik, Medan. Mereka memprotes ke­naikan harga BBM Pertalite dan kelangkaan Premium. 

Sumber: rmol