Gubernur Nusa Tenggara Barat 2 periode, Doktor KH Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi Lc MA menjelaskan hakikat rezeki sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an Al-Karim.
Menurut lelaki kelahiran Lombok Timur ini, hakikat rezeki adalah fadhlillah (karunia Allah Ta'ala).
"Maka kata ulama, rezeki adalah fadhlillah (karunia Allah)." kata TGB dalam kajian ma'rifatullah di Masjid Daarut Tauhid Bandung Jawa Barat pada Kamis (15/3/18) malam.
Sebab rezeki adalah karunia Allah, lanjut lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini, maka semua yang dilakukan oleh umat manusia dalam upaya menjemput rezeki hanyalah usaha.
Sedangkan hasil atau rezeki yang akhirnya sampai kepadanya merupakan bentuk Kasih Sayang Allah Ta'ala.
"Semua tahapan-tahapan dan proses-proses yang kita lakukan adalah dalam kerangka ikhtiar. Tetapi sampainya rezeki kepada kita adalah Kemurahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala." lanjut TGB menjelaskan.
Sebagai penguatan terhadap makna ayat tentang rezeki ini, menurut TGB, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang pentingnya tawakkal setelah seseorang berikhtiar dengan sebaik-baiknya usaha dan tidak sedikit pun berharap kepada makhluk.
Jika seseorang berharap kepada selain Allah dalam soal rezeki, TGB menjelaskan, orang tersebut justru akan diberikan hal yang berkebalikan.
Ia kemudian mengisahkan Nabi Yusuf 'Alaihis salam yang ditegur oleh Allah Ta'ala dengan ditambah masa tahanannya selama 3 sampai 9 tahun hanya karena kesalahan kalimat yang dia sampaikan kepada seseorang yang dibebaskan dari dalam penjara.
Kepada laki-laki itu, Yusuf 'Alaihis salam meminta agar menyebut namanya kepada Raja dengan niat agar dibebaskan dari dalam penjara.
Konsekuensi lainnya, menurut TGB, seorang hamba tidak bisa mengklaim layak mendapatkan rezeki tertentu karena usaha yang dia lakukan. Karena hakikat rezeki, tegasnya, adalah murni karunia Allah.
"Jadi semata-mata kemurahan dan kasih sayang dari Allah subhanahu wa Ta'ala." tegasnya. [Tarbawia]