Facebook dan Mark Zuckerberg Dihantam Krisis
Berita Islam 24H - Facebook sedang mengalami masalah besar. Terkuak kalau data sekitar 50 juta pengguna Facebook diangkut oleh perusahaan bernama Cambridge Analytica untuk memenangkan kampanye Donald Trump. Skandal ini membuat harga saham Facebook terpangkas sampai sekitar USD 40 miliar.
Informasi yang bikin media sosial terbesar dunia kalang kabut ini dibocorkan oleh seorang whsitleblower bernama Robert Mercer, mantan pegawai Cambridge Analytica yang bekerja sama dengan tim kampanye Trump. Apa yang sebenarnya dilakukan perusahaan tersebut?
Dikutip detikINET dari Guardian, data jutaan individual pemakai Facebook itu dikoleksi melalui aplikasi bernama thisisyourdigitalife, dibuat oleh akademisi Cambridge University bernama Aleksandr Kogan.
Melalui perusahannya bernama Global Science Research berkolaborasi dengan Cambridge Analytica, pada awalnya ratusan ribu user dibayar untuk melakukan tes kepribadian di Facebook dan setuju data mereka dikumpulkan untuk kepentingan akademis.
Namun aplikasi itu ternyata juga mengambil data teman-teman Facebook peserta tes, sehingga akumulasinya mencapai puluhan juta data. Kemudian dibuatlah sistem yang bisa mengenali profil individual pemilih capres AS, dalam rangka memberikan mereka iklan politik yang sesuai.
Kabar ini membuat para otoritas di Amerika Serikat dan Eropa menyelidiki Facebook. Apalagi Facebook memang sudah lama dicurigai berperan besar dalam mempengaruhi Pemilu AS. Otoritas di Inggris pun melakukan penyelidikan apakah Facebook juga mempengaruhi referendum Brexit.
"Kami akan menginvestigasi bagaimana data Facebook telah dikumpulkan dan digunakan secara ilegal," sebut Elizabeth Denham dari Komisi Pemilu Inggris.
Sementara sang CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, masih bungkam sampai saat ini meski desakan sudah mengalir memintanya untuk buka suara.
Harga saham Facebook pun merosot akibat kasus ini dan membuat kekayaan Zuck ikut terpangkas signifikan. Dilaporkan Fortune, kekayaan Zuck sudah hilang sekitar USD 5,1 miliar.
Sementara di media sosial, bergaung hashtag untuk menghapus Facebook. Menanggapi kejadian tersebut, pihak Facebook menyebut kasus tersebut sebagai penipuan.
"Kami akan mengambil langkah apapun yang diperlukan untuk membuat data yang dipertanyakan itu dihapus dan mengambil aksi pada semua pihak yang terlibat," kata Paul Grewal, Deputy General Counsel Facebook. [b-islam24h.com / detik]