Namun, belum ada satu perusahaan besar yang cukup berani eksplorasi di lahan operasi peninggalan kolonial Belanda itu. Perusahaan lebih memilih wilayah Blora lain, Cepu, sebagai ladang minyak bersama dengan Bojonegoro, Jawa Timur.
GSS Energy, perusahaan asal Singapura memberanikan diri bertaruh di lapangan minyak itu, terutama di wilayah Trembul, Kecamatan Ngawen, Blora.
Melalui kerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah, dalam hal ini PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT) yang ditunjuk PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi untuk area operasi di Trembul.
Perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) akhirnya melahirkan PT Sarana GSS Trembul, dimana mereka ditunjuk sebagai operator dengan 49 persen kepemilikan saham.
BUMD sebagai pemilik dengan saham 51 persen. Pertaruhan Direktur Umum PT Sarana GSS Trembul Didik Supriyanto menuturkan, eksplorasi lapangan minyak di Blora merupakan pertaruhan besar bagi GSS Energy, terutama bagi Direktur Eksekutifnya Suyuliyanto Badung Tariono.
Badung sendiri merupakan warga keturunan Blora, keturunan Bupati Blora. Badung masuk karena tertantang untuk bisa membuka sumber minyak di tanah leluhurnya. Selama ini, GSS Energy sukses membuka berbisnis di berbagai belahan dunia.
Namun di tempat leluhurnya, Badung merasa belum dapat berbuat apa-apa.
"Ini pertaruhan bagi Badung. Dia keturunan asli Blora, dia sukses di luar negeri, mencarikan dana bagi perusahaan dunia melalui pasar saham. Dia ingin terjun sendiri, di Blora ini," kata Didik, Jumat (30/6/2017).
Dalam rencana operasinya, GSS Trembul juga tidak memiliki kajian hasil operasi lapangan. GSS Trembul hanya yakin pada kajian-kajian terdahulu pada tahun 1900an dari Standard Oil of New Jersey atau yang dikenal Exxon.
Namun demikian, pihak GSS bersama Pertamina EP telah melakukan titik pengeboran melalui studi seistimik. Pada Februari titik itu ditemukan di sekitar Trembul dan dikonsultasikan ke pihak Pertamina. Untuk proses eksplorasi pengeboran, sejumlah alat khusus akan masuk pada bulan Juli 2017.
Sejak Februari hingga Juni, perseroan membangun area landasan serta akses jalan menuju proyek. Pengeboran dua lapangan minyak di Trembul diperlukan waktu dua hingga tiga minggu. Sehingga, pada bulan Agustus 2017 mulai dilakukan pengeboran.
"Ngebor itu 2 sampai 3 minggu. Kalau sudah keluar nanti ditutup dulu, nanti 2-3 bulan lagi produksi," kata Didik.
Untuk pengeboran dua sumur baru pertama dilakukan di Desa Karang Tengah (Sumur SGT-1) dan Desa Talok Wahmojo (Sumur SGT-2). Dua desa itu masuk wilayah Kecamatan Ngawen, Blora. Untuk satu area sumur, lahan yang dibutuhkan seluas 1 hektare.
Sementara jalan akses seluas 1,5 hektare. Total kebutuhan satu Sumut hanya 2,5 hektare. "Lahan berada di tegalan (sawah). Kalau sumur 2 lahan tidak dibebaskan, tapi butuh 1,5 hektare untuk memperkeras jalan," ujarnya.
GSS pun mengucurkan investasi hingga 7,6 juta dollar AS atau setara Rp 102 miliar. Direktur Eksekutif PT GSS Energy Suyuliyanto Badung Tariono mengatakan, eksplorasi sumur dilakukan di dalam kedalaman 800 meter dan 1350 meter. Di dua kedalaman itu, diduga kandungan minyak itu ada.
Dengan teknologi yang dipunyai, GSS yakin bisa menarik minyak dari dua kedalaman sekaligus. "Kita punya teknologi itu," kata Badung.
Badung pun yakin jika pengeboran di tempat leluhurnya itu akan menuai kesuksesan. Jika memang gagal di dua sumur baru, pihaknya akan mencari tempat sumur ketiga dan keempat yang berpotensi lebih baik.
"Estimasi data yang kami lihat dari tim teknis, minyak baru diserap 10 persen, bahkan ada yang bilang kurang dari 5 persen. Maka itu, kita berani masuk," ujar dia.
Minta izin Dalam sosialisasi dengan warga sekitar Trembul pada Jumat (23/6/2017) lalu, GSS Trembul minta izin untuk lakukan eksplorasi. Perusahaan minta dukungan agar pengeboran berhasil dan ikut meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.
"Yang punya asli orang Jawa. Pak Dino asli Blora," ujar Pulung, pimpinan GSS Energy lainnya.
PT Sarana GSS Trembul melakukan sosialisasi sembari meminta dukungan warga sekitar. Dalam catatan GSS, belum ada perubahan besar yang berhasil mengebor minyak di Blora.
"Yang berhasil baru di Bojonegoro. Disini belum. Doakan supaya berhasil dan lancar. GSS ini bukan dari Singapura, Amerika, tapi asli Blora. Keturunan Blora," imbuh Pulung.
Kendati warga merestui, GSS Trembul perlu berhati-hati dalam proses pengeboran minyak. Area lapangan minyak yang bersampingan dengan pemukiman penduduk bisa mendapat imbas buruk dari kegiatan yang dilakukan, terutama pengeboran di perut bumi yang menggunakan bahan peledak.
Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/07/01/060000426/bertaruh.eksplorasi.lapangan.minyak.di.blora.berhasilkah.