Buah hati tidak hanya pemanis rumah tangga, tapi juga merupakan penerus generasi setiap keluarga. Itulah kenapa keturunan merupakan satu diantara tujuan membina mahligai rumah tangga. Akan tetapi tidak semua pasangan mudah mendapatkannya. Ada yang memang dikarenakan tidak meiliki kesehatan yang baik. Ada juga yang tidak bermasalah pada kesehatan, namun tidak memahami beberapa "rahasia" , satu diantaranya waktu terbaik untuk bercampur.
Pertanyaan yang sering tidak disadari banyak pasangan, kenapa pasangan suami istri perlu waktu terbaik untuk berhubungan badan? Sebagaiman yang telah dibuktikan teori sains, ada saat-saat dimana hormon testoteron (laki-laki) dan hormon endorfin (wanita) mencapai level tertinggi yang sangat tepat. Meskipun teori ini tidak menjamin 100 % pasangan berhasil membuahkan keturunan, karena ada beberapa faktor yang menghambat (mandul, penyakit dan yang lainnya).
1. Pada tengah malam hingga dini hari (sebelum Subuh), tingkat melatonin wanita
cenderung sangat rendah, dengan sensitivitas tinggi
2. Pukul 14.00 - 16.00 , merupakan saat terbaik dalam sistem reproduksi wanita.
Sperma yang diproduksi laki-laki juga memiliki kualitas terbaik.
3. Situasi ini akan terulang pada pukul 20.00 - 22.00, dan puncaknya pada 00.00 - 04,00.
Dokter umumnya menyarankan hubungan pasutri dilakukan pada kedua waktu tsb.
Sunnah Lebih Dulu Mengabarkan
Sebagaimana yang telah dijelaskan sains, ternyata Nabi SAW mengabarkan 14 abad yang lalu di beberapa haditsnya yang mengatur waktu-waktu terbaik (produkstif) bagi pasangan untuk berjima'
Terlepas dari 2 waktu yang tidak disebutkan dalam haditsnya, ada satu waktu lagi yang disebutkan menjadi kebiasaan Nabi SAW sebagaimana yang diceritakan Aisyah radhiyallahu 'anha. Rasulullah mendekati istrinya setelah tahajud.
Dari al-Aswad bin Yazid, bahwa beliau pernah bertanya kepada Aisyah tentang kebiasaan shalat malamnya Nabi SAW.
"Rasulullah SAW tidur di awal malam, kemudian bangun tahajud. Jika sudah memasuki awaktu sahur, beliau shalat witir. Kemudian kembali ke tempat tidur. Jika beliau ada keinginan, beliau mendatangi istrinya. Apabila beliau mendengar adzan, beliau langsung bangun. Jika dalam kondisi junub, beliau mandi besar. Jika tidak junub, beliau hanya berwudhu kemudian keluar menuju shalat jamaah." (HR. an-Nasai 1680 dan dishahihkan al-Albani)
Dari hadits di atas (keterangan Aisyah), sebagian ulama lebih menganjurkan agar hubungan pasutri dilakukan di akhir malam, setelah tahajud. Ketika menjelaskan hadis ini, Mula Ali Qori mengutip keterangan Ibnu Hajar yang menjelaskan :
" Mengakhirkan hubungan badan hingga akhir malam itu lebih baik. Karena di awal malam terkadang pikiran orang itu penuh. Dan melakukan jima' di saat pikiran penuh, ....... (Mirqah al-Mashabih,4 / 345).
Pernyataan Ibnu Hajar merupakan salah satu pertimbangan terkait dampak baik ketika hubungan badan diakhirkan hingga mendekati sahur meskipun tidak harus menjadikan hujjah yang wajib dilakukan.
Pertanyaan yang sering tidak disadari banyak pasangan, kenapa pasangan suami istri perlu waktu terbaik untuk berhubungan badan? Sebagaiman yang telah dibuktikan teori sains, ada saat-saat dimana hormon testoteron (laki-laki) dan hormon endorfin (wanita) mencapai level tertinggi yang sangat tepat. Meskipun teori ini tidak menjamin 100 % pasangan berhasil membuahkan keturunan, karena ada beberapa faktor yang menghambat (mandul, penyakit dan yang lainnya).
1. Pada tengah malam hingga dini hari (sebelum Subuh), tingkat melatonin wanita
cenderung sangat rendah, dengan sensitivitas tinggi
2. Pukul 14.00 - 16.00 , merupakan saat terbaik dalam sistem reproduksi wanita.
Sperma yang diproduksi laki-laki juga memiliki kualitas terbaik.
3. Situasi ini akan terulang pada pukul 20.00 - 22.00, dan puncaknya pada 00.00 - 04,00.
Dokter umumnya menyarankan hubungan pasutri dilakukan pada kedua waktu tsb.
Sunnah Lebih Dulu Mengabarkan
Sebagaimana yang telah dijelaskan sains, ternyata Nabi SAW mengabarkan 14 abad yang lalu di beberapa haditsnya yang mengatur waktu-waktu terbaik (produkstif) bagi pasangan untuk berjima'
Terlepas dari 2 waktu yang tidak disebutkan dalam haditsnya, ada satu waktu lagi yang disebutkan menjadi kebiasaan Nabi SAW sebagaimana yang diceritakan Aisyah radhiyallahu 'anha. Rasulullah mendekati istrinya setelah tahajud.
Dari al-Aswad bin Yazid, bahwa beliau pernah bertanya kepada Aisyah tentang kebiasaan shalat malamnya Nabi SAW.
"Rasulullah SAW tidur di awal malam, kemudian bangun tahajud. Jika sudah memasuki awaktu sahur, beliau shalat witir. Kemudian kembali ke tempat tidur. Jika beliau ada keinginan, beliau mendatangi istrinya. Apabila beliau mendengar adzan, beliau langsung bangun. Jika dalam kondisi junub, beliau mandi besar. Jika tidak junub, beliau hanya berwudhu kemudian keluar menuju shalat jamaah." (HR. an-Nasai 1680 dan dishahihkan al-Albani)
Dari hadits di atas (keterangan Aisyah), sebagian ulama lebih menganjurkan agar hubungan pasutri dilakukan di akhir malam, setelah tahajud. Ketika menjelaskan hadis ini, Mula Ali Qori mengutip keterangan Ibnu Hajar yang menjelaskan :
" Mengakhirkan hubungan badan hingga akhir malam itu lebih baik. Karena di awal malam terkadang pikiran orang itu penuh. Dan melakukan jima' di saat pikiran penuh, ....... (Mirqah al-Mashabih,4 / 345).
Pernyataan Ibnu Hajar merupakan salah satu pertimbangan terkait dampak baik ketika hubungan badan diakhirkan hingga mendekati sahur meskipun tidak harus menjadikan hujjah yang wajib dilakukan.