Abdul Malik, seorang mantan punk yang radikal dari Inggris. Tidak banyak orang tahu siapa nama aslinya sebelum masuk Islam. Meski demikian, pengalaman hidupnya saat mencari jalan yang benar sangat menarik untuk disimak. Pada akhirnya dia memeluk Islam dan menjadi orang yang paling bangga dengan kehadiran islam dalam hatinya. Mari kita simak cerita yang disampaikannya kepada beberapa situs Islam dan dokumentasi video di Youtube.com dibawah ini:
Saya masuk Islam 24 tahun yang lalu. Sebelum itu, saya adalah seorang musisi haevy metal punk. Saya tumbuh dalam didikan yang bagus tapi saya dulu seorang pembangkang. Saya seolah versi manusia dari iblis jika dilihat dari cara saya menjadi seorang pembangkang. Saya waktu itu tidak mau tunduk kepada siapapun. Saya menanyakan semua hal yang saya temui. Saya menanyakan tentang sejarah. Saya bertanya tentang ada sejarah dan ada pula yang dinamakan sejarah “menurut dia”. Ada kebenaran dan ada juga yang namanya kebohongan, dan saya melawan segala bentuk tradisi orang Inggris dalam segala hal.
Saya tidak pernah mabuk, saya tidak pernah melakukan satu itu, tapi secara pemikiran, saya orang yang paling suka menentak sistem, melawan pemerintah, yang menurut saya selalu tidak adil. Saya biasa melakukannya melalui musik. Jadi saya menjadikan musik sebagai alat mengkritik pemerintah, mengkritik masyarakat dimana saya berada. Memikirkan hal itu membuat saya merasa bahagia.
Kebahagiaan tidak berasal dari luar. Kesenangan menurut saya berasal dari dalam hati. Sekarang saya paham dengan yang apa itu kebahagiaan, seperti air, kehidupan itu sendiri, datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Saat itu saya berpikir kalau saya bisa menciptakan kebahagiaan dalam diri saya melalui musik. Saya pikir dengan menjalankan ide-ide saya sendiri dan ide-ide kawan-kawan lainnya, bisa membuat hidup saya terasa lengkap. Apa yang sudah saya lakukan?! Saya bermain musik keras dan saya membuat satu generasi menjadi tuli. Dan saya bertato, saya dulu juga pernah pakai pierce (lubang besar di telinga-ed), jauh sebelum orang-orang memakai yang semacam ini. Sekarang ini jadi hal yang biasa.
Lalu, 20 tahun yang lalu, ini masih menjadi hal yang tidak umum dan tidak biasa. Jika kalian lihat bekas lubang yang ada ditelinga saya, itu bukan luka bekas perang di Afghanistan. Sayangnya, itu karena kebodohan saya sendiri. Tapi kami dulu melakukan ini semua. Kami sekarang harus hidup menanggung konsekuensinya. Bisa dikatakan kalau apa yang dulu pernah saya lakukan itu akibat dari kemarahan saya, kemarahan terhadap berbagai alasan. Marah kepada masyarakat, marah kepada hal-hal yang saya tidak paham, marah kepada fakta bahwa harus menjadi lebih dalam hidup dibandingkan hanya sekedar properti, uang dan kekayaan. Ini semua yang dianggap oleh semua orang sebagai “makna hidup”.
Saya dulu selalu berpikir bahwa ada Tuhan dan saya selalu menanyakan dimana sebenarnya Dia. Saya melihat ke setiap isme-isme. Saya pernah kuliah di universitas yang bagus, namun saya berargumentasi melawan segala hal, dan pada akhirnya, suatu hari, saya sempat melihat ke agama Kristen, dan mereka mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki anak. Dan saya tidak bisa menerima hal ini. Jika Allah membutuhkan seorang anak, itu berarti Dia memiliki kelemahan. Dia butuh penerus. Jika kamu punya seorang anak, kamu bakal mati, dia akan mengambil alih semuanya. Kenapa kamu membutuhkan ini jika memang kamu Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya? Jadi ini tidak masuk akal.
Kemudian saya belajar tentang agama Hindu. Dan mereka menyembah patung-patung. Dan saya mengatakan kepada salah satu diantara mereka, “Jika saya hancurkan patungmu, akankah patungmu itu akan datang dan melukai saya?” Waktu itu saya belum tahu apa-apa tentang Islam. Dan dia bilang “Kamu tahu, itu bakal mendatangkan hal buruk.” “Jadi jika saya banting patungmu itu ke lantai, maka dia akan membunuh saya?!” Saya rasa itu konyol. Sangat tidak masuk akal.
Saya sempat mencari tahu tentang agama Yahudi. Saya pikir, well saya tidak bisa jadi penganutnya karena ini bukan sekedar agama, Yahudi juga merupakan ras ternyata. Dan saya tidak punya keturunan ras Yahudi. Jadi bagaimana saya bisa bergabung jika saya tidak ikut kelompok mereka? Ini jelas tidak masuk akal juga. Saya berpikir bahwa Tuhan itu mampu menciptakan segalanya. Tidak hanya satu kelompok orang.
Lalu saya melihat-lihat filosofi-filosofi yang beraneka ragam. Marxisme, ism, skisme, skisme dan isme… dan pada akhirnya, semuanya adalah bikinan manusia, diciptakan, dan dibuat oleh ego-ego yang terdapat dalam diri manusia itu. Dan ini, yang membuat saya gagal paham.
Bertahun-tahun lalu, saya pernah berjalan-jalan di Kensington High Street, dan seorang pria membawa leaflet. Dan dia sedang melakukan dakwah disaat belum ada orang lain yang berdakwah ditempat itu. 20 tahun yang lalu belum ada orang mendakwahkan Islam disana. Sangat jarang sekali orang yang masuk Islam. Jadi saya tertarik mengambil leaflet itu dan melihat satu kata didalamnya yang berbunyi “Islam”, dan saya berpikir, “Apaan nih?”
Disaat saya masih sangat kecil, nenek saya mengajak saya ke Hyde Park, dan saya pernah melihat ada grafiti tulisan Arab di tembok, dan saya menyukai tulisan itu. Dan saya pernah berharap kalau suatu hari saya bisa membaca maksud yang dituliskan dalam grafiti itu. Disuatu tempat, didasar yang paling dalam, hal itu pasti masih tersimpan di hati saya, karena saat saya melihat leaflet itu, ada tulisan “Islam” didalamnya, makanya saya tertarik untuk mencari tahu lebih banyak.
Kemudian ada beberapa buku tentang Islam, saya temukan satu. Karangan Ghulam Sarwar, judulnya “Keyakinan dan Ajaran Islam” dalam edisi pertama (kini sudah edisi ke 9). Sebuah buku edisi kuno. Saya baca buku itu. Dan saya melihat lagi ada tulisan arab disana, dan saya berkata “Ah! Jadi agama ini yang punya tulisan macam ini!”
Tulisan itu seperti yang saya lihat saat masih kecil. Apaan sih ini? Waktu itu saya punya pemahaman seni yang bagus dan saya menganggap skrip itu bagus. Dan diantara skrip-skrip lainnya, ini merupakan skrip paling bagus didunia! Dan saat saya pandangi, dan saya terus-menerus baca, akhirnya saya menemukan satu hal.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyanyang.”
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas ayat 1-4)
Inilah yang mengubah hidup saya. Untuk mengatakan bahwa Allah adalah satu-satunya. Untuk mengatakan bahwa tidak ada satupun makhluk yang serupa dengan-Nya. Jika kamu punya arsitek yang berjumlah sangat banyak, maka mereka pasti akan bertengkar satu sama lain, dan mereka akan bercerai-berai. Harus satu. Ikhlas. Untuk mengatakan bahwa Allah adalah Satu, Yang Maha Kekal. Dan Dia memiliki kekekalan itu. Jika disana tidak ada kekekalan, tidak ada kesempurnaan, dia tidak bisa menjadi Tuhan bagi semesta alam. Tentu saja! Kita adalah ciptaan-Nya, yang berbeda dengan-Nya. Dia tidak membutuhkan anak, tidak butuh istri atau sesuatu apapun dimuka bumi ini. Dia juga tidak dilahirkan. Bagaimana mungkin Dia dilahirkan dari sesuatu yang lain? Jika ada sesuatu yang lain yang menciptakan-Nya, pasti itu jauh lebih powerful. Dan itu hanya Allah saja.
Terkait dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, saat itu tidak ada satupun orang yang ngajakin saya. Saya waktu itu juga tidak ingin bertanya banyak-banyak kepada laki-laki yang sedang berdakwah dijalanan itu, karena kondisinya ramai orang berlalu-lalang. Tidak ada benda apapun disana, tidak ada literatur apapun, kecuali meja kecil yang bertuliskan “ambil leafletnya, saudaraku!”. Selain itu tidak ada apapun lainnya. Saya melihat kebelakang dan berpikir tentang Islam lagi. Saya tidak boleh berpikir parsial kepada komunitas tertentu. Saya juga tidak boleh membuat batasan untuk mengenali apa itu Islam.
Dan kemudian, disaat saya melihat kembali tentang Islam, kemana saya harus pergi? Makanya saya langsung buka-buka buku telpon. Yes! Ternyata ketemu nomer telpon mereka di buku telpon saya. Saya melihat nomor telpon Masjid London Sentral, di Regent Park. Lalu saya memutuskan pergi kesana.
Saat saya kesana, saya berpenampilan dengan rambut dicat warna biru menyala, rambut panjang, telinga penuh dengan anting-anting, tato dimana-mana, dan memakai ikat pinggang penuh dengan selongsong peluru. Saya masuk kesana dan melepas sabuk penuh selongsong peluru itu karena saya khawatir bikin heboh orang-orang disana. Saya berusaha mengikat rambut saya kebelakang. Saya berpenampilan serapi mungkin yang saya bisa. Saya bilang ke mereka kalau saya ingin bersyahadat. Mereka kaget dan mereka tidak banyak berbicara dengan bahasa inggris ternyata. Mereka hanya memandangiku. Saya bilang “Bisakah kamu mencarikan saya orang yang bisa berbahasa inggris?” Akhirnya mereka memanggil orang bernama Abdullah, yang saat itu adalah sekretaris masjid London. Dia berkata, “Apa yang kamu ketahui tentang Islam?” Saya memberitahunya tentang apa saja yang saya baca. Saya orang yang gila membaca, sehingga saya terus membaca. Dia sangat terkejut, dan dia bilang “Ok! Saya pikir kamu sudah mengerti, tapi kamu harus tahu bahwa kamu tidak bisa berpenampilan seperti ini”. Lalu saya jawab, “Saya tidak pengen kelihatan seperti sekarang ini tapi saya butuh waktu untuk melakukannya. Saya bisa merubahnya, tapi saya butuh kemantapan lebih dulu.
Saat itu saya bersyahadat pada tanggal 4 Februari 1986.
Sumber: jurnalmuslim