Sebuah tangisan adalah rahmat dan setiap manusia pasti pernah menangis, begitu juga dengan Rasulullah Muhammad SAW. Di saat-saat tertentu, beliau juga pernah menumpahkan kesedihannya dengan menangis.
Dikisahkan bahwa saat Perang Uhud berakhir, pasukan Quraisy pulang ke Makkah, lalu beliau menyuruh para sahabatnya untuk mengumpulkan syuhada yang gugur di medan perang tersebut. Salah satu dari para syuhada adalah paman Nabi sendiri, Hamzah.
Para sahabat menemukan jasad Hamzah dengan kondisi mengenaskan. Rasulullah SAW melihatnya, dan beliau menangis sedih dengan kondisi pamannya tersebut.
Ibnu Mas'ud menuturkan, "Kami belum pernah melihat Rasulullah SAW menangis sesedih itu. Beliau meletakkan jasad Hamzah ke arah kiblat. Kemudian, beliau berdiri di sampingnya dan menangis tersedu-sedu."
Hamzah meninggal dalam kondisi perut berlubang ditembus lembing milik Wahsyi dan dadanya terkoyak lebar disobek pisau milik Hindun yang kemudian memakan jantungnya dan memuntahkannya lagi.
Rasulullah juga pernah menangis saat kehilangan anaknya Ibrahim. Abdurrahman ibnu Auf bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau menangis?"
Rasulullah SAW menjawab,"Sesungguhnya tangisan adalah rahmah. Kedua mata ini menangis ketika hati berduka. Dan tidak tidaklah kami mengatakan apa-apa kecuali apa-apa yang diridhai Tuhan kami. Wahai Ibrahim, kami sungguh berduka dengan kepergiaanmu."
Selain itu, Ibnu Mas'ud juga menuturkan dalam sebuah hadis, yaitu saat Rasulullah SAW duduk bersama Abdullah Ibnu Mas'ud dan menyuruhnya untuk membacakan surah Al-Nisa' dari awal surah hingga ayat 41.
Saat mendengar ayat itu dibacakan, Rasulullah SAW berujar, "cukup!". Lalu, Ibn Mas'ud pun menghentikan bacaannya dan melihat kedua mata beliau meneteskan air mata.
Sumber: republika