GULE KEPALA IKAN MAS AGUS-SOLO : Dengan Rasa Yang Ringan Seperti Tengkleng




Pasangan Agus Hermanto dan Liesmia Harmanto memang sudah cukup lama menekuni dunia bisnis. Sayangnya, perjalanan bisnis mereka selalu mendapat hambatan dan berjalan tak lancar. Saat mendirikan bisnis kuliner Gule Kepala Ikan Kakap Mas Agus tahun 2009, mereka pun sudah paham bakal mendapat banyak tantangan. Liesmia, yang akrab dipanggil Mbak Lies, menceritakan pengalaman panjang bisnisnya hingga kini bisa sukses menjadi salah satu wisata kuliner yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Solo. Awalnya, ia dan suaminya, Agus tengah melakukan perjalanan ke luar kota dan menemukan menu gulai kepala ikan. Mereka saat itu langsung optimis dan punya feeling kuat bahwa bisnis ini akan bisa jalan. Mereka pun kemudian memodifikasi gulai kepala ikan sesuai dengan lidah orang Solo, agar lebih diterima.

Setelah melakukan trial dan error berkali-kali, barulah mereka menemukan resep gulai kepala ikan yang pas. Mereka memang menginginkan gulai kepala ikan yang punya cita rasa berbeda. Lies dan suaminya lalu membuka warung dengan nama sang suami sebagai merek dagang, yaitu Gule Kepala Ikan Mas Agus. Lokasinya tepat di kawasan Kabangan, depan gedung bioskop Galaxy, Solo. Di bantu tiga karyawan, Lies dan suaminya mulai mengenalkan kuliner gulai kepala ikan dengan bahan baku ikan nila, kepada warga Solo dengan harga yang terjangkau. Omzet pertama mereka saat itu hanya Rp 187.000. Warung pun juga masih kecil. Lies juga merangkap tugas berbelanja, menjadi kasir, dan ikut melayani pelanggan. Sedangkan Agus bagian cuci piring dan mencuci ikan. Dulu, banyak yang meragukan gulai ikan mereka, karena jika belum mencicipi dan merasakan, memang pasti bingung, melihat tulang ikan yang dianggap sampah malah dijual. Tapi mereka optimis saja, dan ternyata bulan berikutnya kursi yang disediakan sudah tak cukup lagi menampung pelanggan. Banyak yang terpaksa harur mengantre.

Lies awalnya hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut atau gethok tular saja. Jadi benar-benar tradisional. Belakangan, setelah mereka memakai sistem baru, mereka pun membuat promosi dalam bentuk lain seperti brosur dan mulai dikenal media. Bercita-cita agar bisnisnya besar, Lies dan suaminya pun terus mengembangkan bisnis kuliner ini. Menu gulai kepala ikan yang mereka tawarkan memang berbeda dengan gulai kepala ikan Padang yang santannya kental. Milik mereka malah menggunakan sedikit santan. Jadi rasanya ringan seperti tengkleng. Buat lidah orang Solo ini sangat pas. Selain itu, mereka juga menawarkan menu tom yam ala Indonesia yang juga sudah disesuaikan rasanya agar bisa diterima. Dan ternyata, perkiraan mereka pun benar. Respons positif banyak mereka terima dan hingga kini menjadi ciri khas menu gulai ikan olahan mereka.

Lies menceritakan, setelah tiga bulan berbisnis, ada yang mengajak bermitra. Mereka pun kemudian membuka 4 cabang di Solo. Menu yang tadinya hanya dua juga mereka kembangkan hingga belasan dengan bahan baku yang berbeda. Namun brand utamanya tetap gulai kepala ikan dan tom yam. Hanya bahan bakunya saja yang tidak hanya ikan tetapi juga udang, cumi, serimping, kerang, bahkan dulu juga ada ikan patin, dan masih banyak lagi. Soal harga pun cukup terjangkau dan bisa dinikmati berbagai kalangan. Harganya bervariasi mulai dari Rp 11.000. Dengan menu yang banyak, tentu pengunjung bisa menyesuaikan dengan pilihannya.

Kini dengan dibantu 30 karyawan, warung Gule Kepala Ikan Mas Agus yang berpusat di Jalan Honggowongso, Solo, ini beroperasi mulai pukul 10 pagi hingga 21.30 malam. Hingga saat ini, Lies masih terus berusaha mengembangkan bisnisnya. Sekarang cabang terjauh ada di Denpasar. Keinginannya, nantinya di setiap kabupaten ada cabang yang buka dan menawarkan menu istimewa ini. Ia dan sang suami pun masih membuka kesempatan bagi yang ingin bermitra dan berbisnis kuliner Gule Kepala Ikan Mas Agus.