MENIKMATI SEGARNYA IKAN LAUT KULINER KHAS HALMAHERA BARAT - MALUKU UTARA.


Selain tersohor sebagai penghasil rempah dunia, Kabupaten Halmahera Barat juga dikenal sebagai salah satu kawasan di Indonesia Timur yang memiliki kekayaan alam, terutama laut, yang sangat elok. Halmahera Barat berada di Provinsi Maluku Utara dengan luas wilayah terdiri atas 11.623.42 km2 wilayah laut dan 22,346 km2 wilayah darat. Halmahera Barat memiliki 123 pulau, dua di antaranya berpenghuni sedangkan yang lainnya merupakan pulau tanpa penghuni. Halmahera Barat juga memiliki banyak teluk yang dikelilingi pemandangan luar biasa. Alamnya masih asri dan memiliki daya tarik yang sangat layak dikunjungi. Salah satu teluk yang dikenal di sana adalah Teluk Jailolo.

Tak hanya keindahan alam yang jadi andalan, kekayaan kulinernya juga layak dicoba dan menggugah selera. Jangan salah, olahan makanan berbahan dasar ikan laut mentah misalnya, bukan hanya milik Jepang dengan sushinya. Halmahera Barat pun punya kuliner tradisional semacam itu. Namanya gohu, makanan berbahan dasar ikan tuna atau tongkol segar. Ikan yang diperoleh dari para nelayan yang baru turun dari laut itu kemudian dibersihkan, termasuk dibuang bagian dalamnya, lalu dipotong dadu. Ikan kemudian disiram dengan racikan bumbu matang panas. Jangan khawatir, meski ikan mentah, tapi sama sekali tak menyisakan rasa amis atau anyir. Bahkan bagi mereka yang tidak tahu, pasti tidak menduga kalau daging ikan yang disantap adalah ikan mentah. Rasa gurih, empuk, dan lembut berpadu menggoyang lidah.


Salah satu tempat yang menyediakan gohu adalah warung makan milik Nur Aini, yang letaknya persis menghadap lapangan Jailolo. Meski warungnya terlihat sederhana, namun di Jailolo Nur Aini sangat terkenal dengan keahliannya memasak gohu. Nur Aini menjelaskan, bahwa selain menyediakan berbagai makanan khas Halmahera Barat, warungnya juga menyediakan gohu. Gohu, pada bulan puasa, memang seperti menu wajib bagi warga Halmahera Barat. Karenanya, pada bulan puasa, kebutuhan tuna atau tongkol agak tinggi, sebab masyarakat, termasuk warung makan, selalu menyediakan gohu sebagai salah satu menu andalan.

Bumbu untuk membuat gohu cukup sederhana, di antaranya cabe, bawang putih, dan bawang merah yang dihaluskan dan kemudian diberi kacang tanah yang juga sudah dihaluskan, lalu diberi garam secukupnya. Setelah itu, semua bumbu digoreng sampai harum dan ditambahi daun kemangi. Setelah bumbu matang, ikan tuna atau tongkol segar yang telah dipotong dadu disiram dengan bumbu panas tersebut. Cukup begitu saja, sudah bisa langsung dihidangkan. Kalau ingin benar-benar lezat, gohu sebaiknya disantap dalam keadaan panas. Gohu bisa disantap dengan nasi atau ketela pohon rebus sesuai selera. Tapi warga Halmahera Barat lebih banyak menyantapnya dengan ketela. Gohu juga merupakan makanan sehat yang kandungan proteinnya masih utuh. Pada siang yang terik, lebih pas meminum kelapa muda usai menyantap gohu.

Kenapa menu gohu tidak amis atau anyir? Ternyata kuncinya terletak pada kualitas ikan yang masih baru atau segar. Ikan-ikan itu dibeli di pelelangan ikan, beberapa jam setelah ditangkap nelayan di laut sekitar Halmahera Barat. Karena masih segar, rasanya pun jadi istimewa. Bagi warga di kawasan Halmahera, mendapatkan ikan segar tidaklah sulit. Sebab, sebagian besar wilayahnya adalah laut. Pulau-pulau di sekitarnya menjadi tempat berkembangnya ikan dengan baik.

Satu lagi kekayaan kuliner yang tak boleh dilewatkan adalah popeda. Popeda pada dasarnya adalah makanan khas Maluku, namun karena secara budaya Halmahera Barat adalah bagian dari Maluku, sehingga beberapa makanan di Maluku juga menjadi makanan khas Halmahera Barat. Salah satu tempat makan yang terkenal dengan menu popeda adalah milik Bu Nona di Desa Kusuma Dehe, Jailolo. Sehari-hari, warung tersebut dipenuhi pembeli dari berbagai lapisan. Pembelinya mulai dari karyawan sampai tamu dari berbagai daerah.


Popeda sendiri terdiri dari sagu, ikan, beserta kuah dan sambal. Tapi dalam perjalanannya, selain tiga item itu, ditambah goru, yakni tumis daun singkong, daun pepaya, atau jantung pisang. Ditambah pula dengan pisang rebus dari jenis pisang mulut bebek khas Halmahera Barat, serta singkong rebus sebagai pelengkap. Sagu yang digunakan untuk membuat popeda pada dasarnya berasal dari dua bahan, bisa asli dari pohon sagu, bisa juga sagu yang berasal dari pohon singkong. Rasanya hampir sama, tawar. Hanya saja kalau sagu asli dari pohon sagu, warnanya agak kecokelatan, sementara sagu dari tepung tapioka warnanya putih bening.

Halmahera Barat adalah daerah dengan kekayaan sumber alam laut yang melimpah sehingga yang dijadikan lauk adalah olahan ikan segar. Salah satunya ikan laut yang diolah dengan kuah kuning. Pilihan ikannya bermacam-macam, bisa ikan goropa sejenis kakap merah, kerapu, atau yang lain. Masyarakat Halmahera Barat biasa menyebut ikan-ikan tersebut dengan sebutan ikan dasar. Maksudnya yang biasa hidup di karang dasar laut. Ikan dasar tersebut rasanya lebih nikmat. Bumbu untuk membuat ikan kuah kuning sangat sederhana. Cara memasaknya pun mudah. Setelah ikan dibersihkan, diambil bagian dalamnya kemudian dimasukkan ke kuah mendidih berisi bumbu yang dihaluskan. Bumbu tersebut terdiri dari bawang putih, bawang merah, cabe keriting, tomat, kunyit sebagai pewarna, jahe, daun kemangi, dan jeruk lemon. Jeruk lemon di Halmahera Barat bukanlah jeruk lemon yang kuning besar-besar, tetapi kecil-kecil dan banyak dijual di pasar. Jeruk ini sangat populer karena digunakan untuk berbagai masakan. Nona mematok satu porsi popeda seharga Rp 25.000.


Makan popeda akan memberi sensasi berbeda. Bukan hanya rasanya, tetapi juga tata cara menyantapnya yang sangat berbeda dengan makan nasi. Bila makan nasi bisa menggunakan sendok dan garpu, tidak demikian dengan popeda. Harus pakai tangan telanjang. Satu sajian makanan popeda terdiri dari satu baskom sagu, satu mangkuk kuah, satu piring ikan, goru, serta satu piring sambal. Sambalnya tergantung selera, kita bisa minta sambal kacang, terasi, atau dabu-dabu. Untuk menyantapnya, piring yang akan dijadikan wadah sagu harus diberi kuah terlebih dahulu, sehingga ketika sagu dituangkan ke piring sagu tidak lengket di dasar piring. Sagu diambil dari baskom menggunakan sumpit yang dipegang di kedua tangan. Sumpit itu diputar-putar dengan gerakan seperti orang menggulung benang ke baskom sehingga sagu yang sangat pekat itu menempel di antara kedua sumpit, baru kemudian dipindah ke piring makan.

Setelah sagu tersaji, cara menyantapnya pun unik. Sagu yang bertekstur pekat ini tidak disantap menggunakan lima jari layaknya makan nasi, tapi hanya menggunakan tiga jari yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Ibu jari dan jari telunjuk bertindak sebagai 'pisau pemotong' adonan sagu yang pekat tersebut. Demikian pula, setelah masuk ke mulut, sagu tidak langsung dikunyah layaknya makan nasi atau makanan lainnya. Karena teksturnya yang lembut namun pekat dan licin, makan popeda biasanya langsung ditelan begitu saja. Usai makan popeda, baru kemudian mengambil ikan yang dicocolkan ke sambal dan langsung disantap. Atau bisa juga menyantap menu lain seperti tumis goru, rebusan ketela pohon, atau pisang mulut bebek sebagai selingan.